Sabtu, 28 Juli 2012

Sejarah Singkat Berdirinya GKJ Condongcatur

GKJ Condongcatur
  1. Berdirinya Pepanthan Karangasem
  2. Berdirinya GK Condongcatur diawali oleh munculnya Pepanthan Karangasem GKJ Ambarrukma. Tidak seorang pun menyangka bahwa di daerah Condongcatur, Yogyakarta akan terdapat sebuah kegiatan Pemashyuran Injit Tuhan yang kemudian berbuah dengan berdirinya sebuah Pepanthan dari GKJ Ambarrukma yang bernama Pepanthan Karangasem. Bermula dari percakapan santai antara tujuh orang pria dari dusun Karangasem, Condongcatur dengan Hardjosuwarno dari dusun Jetis,Wedomartani, Ngemplak, Sleman. Sambil menantikan sebuah pertunjukan wayang kulit di dusun Nglarang, Wedomartani, yang segera akan dimulai, ke tujuh orang tersebut bercerita bahwa kehidupan mereka tidak merasa tenteram seusai peristiwa pengkhianatan G30S/PKI tahun 1965. Hardjosuwarno memberi nasehat, jika ingin tenteram dan merasa damai dalarn hidup ikutlah TuhanYesus. Nasehat tersebut mereka terima dengan senang hati dan diuji kesanggupannya dengan berendam (kungkum) di sungai dekat Dusun Jetis. Peristiwa tersebut terjadi pada awat bulan Pebruari tahun 1966. Segera Hardjosuwarno melaporkan hal ini kepada salah seorang Anggota Majetis Gereja GKJ Ambarrukma. Kemudian Majelis GKJ Ambarrukma memberikan pengajaran tentang Tuhan Yesus berupa katekisasi kepada ketujuh orang tersebut, ditambah Ibu Hardjosuwarno dan Surnadi anaknya. Untuk menunjang semangat mereka mengikut Tuhan Yesus, diadakanlah Bijbelkring (Pemahaman Alkitab) di rumah keluarga ketujuh orang tersebut secara bergantian. Tepat pada tanggat 25 Desember 1966 kesembilan orang tersebut dibaptis di GKJ Ambarrukma yang saat itu kegiatan ibadahnya masih menumpang di Panti Asuhan Reksaputra di J1. Timoho, Yogyakarta. Turut dibaptis pula 15 orang anak anak mereka. Pada awal tahun 1967 giliran para isteri ketujuh orang yang telah dibaptis tadi mendapatkan pengajaran (katekisasi), yang kemudian menerima tanda Baptis Suci pada tanggal 15 Oktober 1967di GKJ Ambarrukma. Mengingat jarak tempuh yang jauh menuju gereja induk, apatagi sebagian besar dari mereka tidak memiliki sepeda sebagai sarana transportasi, maka Majetis Gereja GKJ Ambarrukma memutuskan membentuk Pepanthan Karangasem. Kebaktian pertama pepanthan itu dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 14 Mei 1967 menumpang dalarn sebuah ruangan di kediaman Djojosumarto. Dengan demikian mereka tidak perlu pergi jauh untuk mengikuti kebaktian Minggu. Pada awal berdirinya, pepanthan memiliki warga berjumlah 28 orang (terdiri dari 9 ketuarga) yaitu 12 warga dewasa dan 16 warga anak anak. Keadaan terus berkembang dengan diberikannya katekisasi kepada beberapa orang lagi dari dusun Pondok awal 1968. Mula mula para suami, kemudian diberikan pula kepada para isteri mereka, kecuali yang lajang. Pepanthan Karangasern terdiri dari kelompok Karangasem dan kelompok Pondok. Hal ini menyebabkan ruangan yang sempit yang semula dipergunakan untuk kebaktian tidak lagi mencukupi. Oleh karena itu Majelis Gereja Induk segera membeli sebidang tanah milik Djojosumarto seluas 520 m2 untuk membangun gereja di atasnya. Karena tersendatnya dana yang dimitiki maka pembangunan gedung gereja yang dimulai tahun 1969, baru selesai pada awal tahun 1971. Tepat pada tanggal 11 April 1971, gedung gereja mulai dipakai untuk kebaktian Minggu. Sampai akhir tahun 1977 jumlah warga pepanthan berkembang menjadi sebanyak 82 orang, terdiri dari 45warga dewasa dan 37 warga anak.
  3. Perubahan menjadi Pepanthan Condongcatur
  4. Sesuatu yang tidak terduga terjadi lagi di Condongcatur. Pada tahun 1976, dibangun sebuah perumahan bernarna Perumnas Condongcatur yang letaknya tidak jauh dari gereja Pepanthan Karangasem. Pada tahun 1978 pernbangunan perumahan selesai dan mulai dihuni, termasuk datangnya para warga perumahan yang beragama Kristen dari beberapa denominasi (aliran) gereja. Hingga tahun 1979 telah terdapat 52 keluarga kristen warga perumnas tersebut. Probowiyono. Besar sekali jasa beliau, terutarna dalarn hat mengunjungi dan mengumpulkan para warga Kristen dalarn PA maupun PD di rumah rumah warga secara bergiliran. Tidak sedikit pula orang orang dewasa yang minta dilayani katekisasi oleh beliau dan dibaptis di gereja Pepanthan Karangasern. Jumlah warga jemaat yang mengikuti kebaktian di Pepanthan Karangasern semakin banyak, sehingga kebaktian Minggu yang biasanya diadakan satu kali diubah menjadi 2kali yaitu pukul 06.30 dan 08.30. Pihak pengembang Perumnas Condongcatur di samping membangun perumahan juga menyediakan lahan untuk lokasi pembangunan tempat ibadah. Majelis Gereja GKJ Ambarrukma segera membentuk Panitia Pembangunan Gedung Gereja. Peletakan batu pertarna dilakukan pada tanggat 30 Maret 1980. Sampai dengan awat tahun 1981 telah terselesaikan sekitar75%, dengan kondisi bangunan belum memiliki kusen dengan lantai berupa tanah berpasir dan lain sebagainya. Oleh Panitia Pembangunan Gedung Gereja GKJ Ambarrukma dilanjutkan dengan pemasangan kusen kusen sekaligus jendeta, pintu dan kaca. Penyelesaian pembangunan selanjutnya diserahkan kepada GKJ Condongcatur. Menjadi tugas Kornisi Pembangunan Gereja GKJ Condongcatur yang telah dibentuk, untuk meneruskan pernbangunan fisik gedung berupa pemasangan ubin, pengecatan ternbok, pemasangan langit langit, dan sebagainya. Satu per satu warga Kristen penghuni perumnas mulai mengajukan Surat Pindah (Atestasi) masuk ke Pepanthan Karangasern. Oleh karenanya Majetis Gereja GKJ Ambarrukma mulai melihat prospek yang cerah untuk perkembangan pepanthan,sehingga memutuskan untuk memberikan hak otonomi kepada pepanthan. Serta mempersilakan untuk mulai mengadakan rapat majetis sendiri, di samping tetap mengikuti Rapat Majelis di gereja induk. Dalam sebuah rapat pada tanggat 18 Juni 1981 Majetis Pepanthan memutuskan untuk memindahkan tempat kebaktian dari Karangasern ke Perumnas Condongcatur, dengan alasan utama agar warga gereja tergugah kesadarannya untuk segera melanjutkan pembangunan fisik gedung gereja yang belum selesai. Pemindahan tempat dilaksanakan dengan kebaktian Minggu di Perumnas Condongcatur pada tanggat 5 Juli 1981. Dengan demikian nama Pepanthan Karangasern diganti menjadi GKJ Ambarrukma Pepanthan Condongcatur.
  5. Pendewasaan Pepanthan Condongcatur
  6. Pada rapat tanggat 6 Mei 1982 Majelis Gereja GKJ Ambarrukma memutuskan bahwa sudah saatnya Pepanthan Condongcatur mempersiapkan pendewasaannya. Oteh karena itu pepanthan segera menyiapkan segala hat yang diperlukan bagi sebuah gereja dewasa. Di samping itu warga pepanthan juga diberi angket tentang persetujuan untuk maksud pendewasaan gereja. Hasit angket menunjukkan bahwa sebagian besar warga setuju. Oleh karena itu permohonan pendewasaan gereja diajukan dalam Sidang XXVIII Klasis Yogyakarta Timur di GKJ Tanjungtirto pada tanggal 16 18 Nopember 1982. Sidang menyetujui usulan GKJ Ambarrukma untuk mendewasakan, yang kemudian mengutus Deputat Visitasi pada tanggal 21 Mei 1983 ke Pepanthan Condongcatur. Dari perkunjungan tersebut, Deputat Visitasi menilai bahwa Pepanthan Condongcatur sudah cukup persiapannya untuk menjadi gereja dewasa. Pada Sidang X= Klasis Yogyakarta Timur di GKJ Canden pada tanggal 24 26 Mei 1984, Deputat Visitasi melaporkan kepada Sidang tentang hasit perkunjungannya ke Pepanthan Condongcatur. Sidang kemudian memutuskan menyetujui pendewasaan Pepanthan Condongcatur menjadi gereja dewasa dan menugasi Pdt. Purwanto Rahmat, S.Th. (Pendeta Jemaat GKJ Kotagede) untuk menjadi Pendeta Konsulen sampai dengan GKJ Condongcatur memanggil seorang pendeta jemaat. Kebaktian Pendewasaan diselenggarakan pada tanggat 5 Juli 1984. Pada saat didewasakan, GKJ Condongcatur telah memiliki warga jemaat sebanyak 85 kepala keluarga terdiri dari 348 jiwa dengan perincian, 181 warga dewasa dan 152 warga anak sudah dibaptis dan 15 anak belum dibaptis. Sejak awat rencana pendewasaan Pepanthan Condongcatur pada tahun 1982, gereja telah dilengkapi dengan komisi komisi. Mula mula dibentuk Kompalok (Komisi Pemuda Lokat), Kominglok (Komisi Sekolah Minggu Lokal), KWJ (Komisi Wanita Jemaat), KPI (Komisi Pemashyuran lnjit) dan terakhir KPG (Komisi Pembangunan Gereja). Masing masing komisi memiliki tugas dan peran penting untuk kemajuan gereja. Kompalok dan KWJ memiliki peran yang menonjol dalam kegiatan bergereja, terutama dalam acara acara Paskah, Pekan Pentakosta dan sebagainya. KM mampu menggerakkan para ibu datam PD maupun Simpan Pinjam dan kegiatan yang tain. Sementara KPG bertugas metanjutkan pembangunan yang semula ditangani oleh Panitia Pembangunan Gereja.
  7. Pemanggilan Pendeta
  8. Setelah pendewasaan, Gereja Kristen Jawa Condongcatur memiliki tiga orang warga jemaat yang berjabatan pendeta yaitu Pendeta Emeritus R. Probowiyono, Pendeta Harsoyo dan Pendeta Djaka Soetapa. Namun Pendeta Konsulen (Pdt. Purwanto Rahmat, S.Th.) menganjurkan sebaiknya gereja memitiki Pendeta Jemaat sendiri. Atas anjuran tersebut Majelis menindak lanjuti dan memanggil empat orang untuk dicalonkan menjadi pendeta. Dua orang calon adalah pendeta dari jemaat lain. Seorang calon adatah guru pada SPWK kota Magelang dan calon lainnya adalah Sdr. Djunarso Kartikohadi, mahasiswa Duta Wacana. Menanggapi panggilan Majelis Gereja GKJ Condongcatur, tiga orang calon menyatakan diri tidak sanggup, sehingga tinggat satu orang calon yaitu Sdr. Djunarso Kartikohadi. Setelah yang bersangkutan lulus, segera diadakan pilihan tunggal untuk calon pendeta pada tanggat 15 November 1987. Ternyata 91,5% warga setuju dengan calon pendeta tersebut. Ketika nama calon pendeta tersebut diajukan dalam Sidang XXWII Klasis Yogyakarta Timur pada tanggal 25 November 1987 di GKJ Samironobaru, Sidang menganggap bahwa proses pencalonan terlalu cepat serta ada hal hal yang perlu dibicarakan. Rapat Jemaat GKJ Condongcatur pada tanggat 18 April 1988 yang dihadiri oleh Deputat Visitasi dan Kodim 0732 Sleman menghasilkan keputusan bahwa Djunarso Kartikohadi, S.Th. tidak berhalangan untuk menjadi pendeta jemaat di GKJ Condongcatur. Sidang XXXIX klasis Yohyakarta Timur pada tanggal 23 24 Mei 1988 di GKJ Sarimulyo, menerima pencalonan tersebut dan memutuskan agar dilakukan pembimbingan kepada calon pendeta tersebut. Dalarn Sidang XL-Klasis Yogyakarta Timur di GKJ SumberAgung pada tanggat 2 3 November 1988, Djunarso Kartikohadi, S.Th. dinyatakan lulus pada Ujian Peremptoir (Ujian Kependetaan) oleh Sidang dan kemudian memutuskan untuk ditahbiskan menjadi pendeta jemaat GKJ Condongcatur dalam Kebaktian Pentahbisan Pendeta yang diselenggarakan bertepatan dengan Lustrum 1 pada tanggal 5 Juli 1989.
  9. Pendewasaan Pepanthan Minomartani
  10. Pada tanggal 20 Mei 1988 GKJ Condongcatur memiliki satu pepanthan, yaitu Minomartani yang kemudian didewasakan pada tanggal 28 Juti 2002. Munculnya pepanthan Minomartani diawali oleh adanya pembangunan Perumnas Minomartani pada tahun 1980.Pada tahun 1982 mulai berdatangan para penghuninya, termasuk warga kristen. Warga perumahan pertama yang mengajukan Surat Pindah (Atestasi) ke GKJ Ambarrukmo Pepanthan Condongcatur pada tahun 1983 adatah keluarga Israel Kasiyanto. Kemudian disusul keluarga Ibu Sutimbut Mikan, keluarga Yotam Sungkowoharjo dan akhir tahun 1983 keluarga Yudhawiyatma serta disusul warga kristen lainnya. Majelis Pepanthan Condongcatur (pada saat itu) mengajak mereka untuk bersekutu datarn kegiatan kelompok Pemahaman Alkitab (PA), agar mereka segera saling mengena satu sama lain. Kelompok Pemahaman Alkitab mula mula merupakan gabungan Kristen dan Katholik. Setelah warga Kristen perumahan semakin bertambah, mereka kemudian menyelenggarakan kegiatan PA sendiri. Majelis Pepanthan mengajak mereka untuk bergabung dengan kegiatan PA yang sudah berjalan di Ponclok sejak tahun 1969, karena Pondok merupakan tetangga dekat Perumnas Minomartani yang kelak disalukan dalam Pepanthan Minomartani yang akan dibentuk. Makin lama makin banyak warga Minomartani yang pindah gereja ke pepathan Condongcatur, sebagai upaya mempererat hubungan persaudaraan antar sesama warga, disamping PA sebulan sekali juga diselenggarakan PD bertempat di rumah drg. Gunasubagya yang waktu itu belum dihuni. Semakin bertambahnya warga Kristen di sana menumbuhkan harapan para warga untuk dapat membangun gereja sendiri di Perumnas Minomartani. Dengan perjuangan yang tak mengenal Lelah akhirnya mereka mendapatkan sebidang tanah di ujung barat laut Perumnas Minomartani seluas 500m2. Maka segera dibentuktah Panitia Pembangunan Gedung Gereja. Peletakan batu pertama pembangunan gedung gereja dilaksanakan pada hari Minggu siang tanggal 25 Januari 1987. Pada tahun 1988 bangunan gedung gereja sudah berdiri dan kemudian penyelesaian pembangunannya dilakukan secara bertahap. Melihat sudah memiliki bangunan gedung gereja sendiri maka warga kristen Minomartani sepakat mengajukan usul agar dijadikan Pepanthan.Usulan ini ditanggapi oleh Majelis GKJ Condongcatur dan ditindak lanjuti.Tepat pada hari Pentakosta tanggal 22 Mei 1988, berdirilah GKJ Condongcatur Pepanthan Minomartani. Tetapi kebaktian perdananya baru diselenggarakan pada hari Minggu 29 Mei 1988 pukul 06.30 wib. Sejak menjadi pepanthan dan memiliki gedung gereja sendiri, maka semakin banyak warga kristen yang pindah gereja ke GKJ Condongcatur Pepanthan Minomartani. Hingga saatnya Pepanthan Minomartani merasa cukup mampu untuk menjadi gereja dewasa, maka diajukanlah usutan pendewasaan kepada Majetis Gereja GKJ Condongcatur. Usulan tersebut disambut baik oleh Majetis Gereja. Dalam suatu angket yang diadakan seusai kebaktian Minggu tanggal 8 Oktober 2000, hasil penghitungan angket menunjukkan bahwa jumlah warga dewasa dari jemaat yang hadir, yang setuju pendewasaan Pepanthan Minomartani adalah sebesar 73,7%, yang menolak 21,3%, dan abstain 5%. Metihat kenyataan tersebut maka melalui Majelis Gereja GKJ Condongcatur, warga Pepanthan Minomartani mengajukan usulan pendewasaan dalam Sidang X111 Klasis Yogyakarta Utara di GKJ Samironobaru pada tanggal 25 27 Aprit 2001. Usulan tersebut ditanggapi oleh Sidang dengan mengutus Deputat Visitasi untuk segera mendampingi Pepanthan Minomartani, untuk melihat dari dekat kesungguhan dan persiapan yang telah dilakukannya. Dari laporan Deputat Visitasi tersebut, maka pada Sidang XW Klasis Yogyakarta Utara pada tanggal 23 25 April 2002 di GKJ Sarimulyo, Sidang menyetujui Pepanthan Minomartani menjadi gereja dewasa. Kebaktian Pendewasaan Gereja diselenggarakan pada hari Minggu tanggal 28 Juti 2002. Pepanthan Minomartani tetah resmi menjadi GKJ Minomartani. Sebagai Pendeta Konsulen yang ditunjuk oleh Sidang tersebut ialah Pdt. Djunarso Kartika Hadi, S.Th. Pada waktu didewasakan, GKJ Minomartani memiliki jumlah warga sebanyak 113 kepala keluarga terdiri dari 386 orang warga jemaat dengan perincian warga dewasa sebanyak 273 orang dan warga anak 113 orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Submit ke 20 Search Engine Terkenal