Sabtu, 28 Juli 2012

Karakter Negatif Manusia

Pada awalnya manusia jatuh dalam dosa karena perbuatan Adam dan Hawa. Seperti telah diwariskan oleh nenek moyang manusia, manusia sekarang enggan untuk benar-benar jujur mengakui dosa yang telah mereka lakukan bahkan dihadapan Tuhan. Apalagi dihadapan sesamanya yang tidak pernah tahu apa isi hati manusia. Manusia berusaha untuk bertobat dengan pengertian mereka sendiri, bahwa bertobat itu bisa dilakukan dengan kekuatan mereka sendiri dengan mengabaikan kenyataan bahwa mereka punya sisi gelap yang tidak bisa mereka lawan dengan kekuatan sendiri. Sisi gelap itu adalah karakter negatif yang telah menyatu dengan diri manusia dan tidak bisa diubahkan dalam waktu semalam. Karakter negatif itu ibarat akar yang telah sedemikian kuatnya membentuk pola pikir dan sifat manusia. Hanya proses waktu yang bisa menguji apakah manusia benar-benar telah bertobat dan mau diubah bukan sekedar mengubah karakter negatifnya dengan pengertian mereka sendiri. Karena manusia tidak bisa mengandalkan kekuatannya sendiri untuk mengubah karakter negatifnya. Manusia butuh kekuatan dari luar dirinya yang lebih berkuasa untuk mengubah karakter negatifnya. Kekuatan itu bukan dari manusia lain atau benda-benda yang dianggap punya “kuasa.” Karakter Yesus yang penuh kasih menjadi bukti bahwa didalam Dia maka manusia dapat diubahkan karakter negatifnya. Manusia tidak bisa mengubah karakter negatifnya dengan kemampuan sendiri. Dengan mengijinkan Yesus masuk ke dalam hatinya, maka manusia dapat merasakan karakter Yesus yang penuh kasih didalam diri mereka yang menggantikan karakter lama mereka. “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan bagimu (Mat. 11 : 28). Yesus tahu bahwa manusia tidak bisa mengubahkan karakter negatif dengan kemampuan mereka sendiri, oleh karena itu Dia mengundang manusia untuk mau mengijinkan Yesus mengubah karakter negatif mereka. Namun, proses pertobatan tidak hanya berhenti pada tahap mengijinkan Yesus masuk dalam hati kita. Tahap selanjutnya adalah kita harus mengenal pribadi Yesus melalui proses yang terus menerus, dimana kita juga dituntut untuk semakin dewasa dalam iman. Semakin dekat kepada Yesus dengan membangun hubungan pribadi yang melibatkan seluruh akal budi dan iman kita. Ibarat seseorang yang sedang dalam perjalanan ke suatu tempat, maka dia harus memperhatikan arah kendaraan yang dia tumpangi apakah masih di jalan yang benar. Orang akan selalu fokus kedepan melihat situasi yang ada di hadapannya hingga akhir tujuannya tiba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Submit ke 20 Search Engine Terkenal