Yeh 2:2-5
2Kor 12:7-10
Mrk 6:1-6
Pada
suatu ketika, Yesus tiba kembali di tempat asal-Nya, sedang
murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Yesus mengajar di rumah
ibadat, dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia. Mereka
berkata, "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?
Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian, bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria? Bukankah Ia saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka, "Seorang Nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." Maka Yesus tidak mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.
Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian, bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria? Bukankah Ia saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka, "Seorang Nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." Maka Yesus tidak mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.
ALLAH PUN HADIR DALAM KEFRUSTRASIANKU
Yehezkiel adalah seorang nabi
yang pernah frustrasi dan di dalam kefrustrasiannya sering dimarahi dan
dikritik oleh kaumnya karena ketidakpercayaan mereka kepada Yahwe.
Tetapi ketika Yehezkiel menerima Sabda Allah tentang pemberitahuan akan
kejatuhan Yerusalam, dia mendekati dan menawarkan pesan kepada bangsanya
agar tetap berharap. Karena dia merasakan bahwa Allah ternyata hadir di
dalam kefrustrasiannya yang menyakitkan, dan itu membangkitkan dia dan
memberi kesempatan untuk bangun dari kelemahannya.
Yesus juga mengalami hal yang
sama, meski Dia seorang nabi besar yang diterima di mana-mana, namun
ditolak oleh bangsa dan tempat asalnya sendiri. Tetapi Yesus tetap
menunjukkan kekuatan Allah di tengah-tengah penyangkalan dan penolakan
itu hingga ke Kalvari. Bahkan Santo Paulus pun terluka ketika dia
mendengar serangan yang tidak adil atas lawannya. Namun, dia menegaskan
bahwa "ketika aku lemah, maka aku kuat." Kelemahan yang ada pada dirinya
justru membuat dia kuat, karena dengan itu dia tidak menjadi sombong
dan menjadi sangat tergantung kepada Allah.
Terkesan mengherankan sikap
orang yang begitu cepat berubah pikiran dan sikap. Pertama kali
mendengar pengajaran Yesus, mereka takjub bukan hanya oleh
pengajaran-Nya, tetapi juga oleh hikmat dan mukjizat-mukjizat yang
dilakukan-Nya (Mrk.6:2). Namun, rasa takjub ini langsung berubah menjadi
rasa kecewa dan sikap menolak karena merekamengenal-Nya sebagai anak
tukang kayu, anak Maria yang saudara-saudaranya mereka kenal (ay 3).
Muncul pertanyaan, apa yang membuat mereka bukan hanya berubah sikap
tetapi bahkan berbalik sikap dalam waktu yang begitu cepat?
Waktu kita merenungkan kisah ini
ada sebuah ceritera ilustrasi seorang murid yang ingin lebih belajar
mengenai kebijaksanaan hidup dari seorang guru. Ia berkata, "Guru
dikenal sebagai seorang yang amat luhur budi dan hati, bijaksana dan
cerdas. Bantulah saya untuk menjadi lebih bijaksana dan luhur budi dan
hati." Guru itu tidak menanggapi permintaan muridnya dengan pengajaran.
Ia memanggil cangkir dan menuangi cangkir itu dengan air. Meskipun
cangkir sudah penuh ia terus menuangi air ke dalamnya. Murid itu
lama-lama tidak tahan melihatnya lalu berkata, "Guru, cangkir itu sudah
penuh, mengapa guru terus saja menuangkan air kedalamnya?" Guru itu
menjawab, "Seperti inilah keadaanmu. Engkau datang kesini untuk belajar
hidup lebih bijaksana, luhur budi dan hati. Namun, hati dan budimu sudah
penuh dengan sikap dan pikiranmu sendiri sehingga apapun yang akan saya
berikan, akan tumpah keluar. Kosongkan dulu hati dan budimu supaya
engkau dapat menerima kebijaksanaan serta keluhuran hati dan budi yang
baru."
Orang-orang yang menolak Yesus
itu sudah merasa aman dan nyaman dalam sikap dan pendapat mereka. Semua
hal baru dianggap membahayakan bagi rasa aman dan nyaman itu. namun,
dengan demikian mereka juga tidak akan bisa mengalami kebaruan hidup.
Agar bisa mengalami kebaruan hidup mereka dituntut untuk keluar dari
wilayah aman mereka, dan masuk kedalam wilayah baru yang mungkin
berisiko, tetapi juga menjanjikan kebaruan hidup.
Nabi Yeheskiel, Paulus, maupun
Yesus mewartakan satu kebenaran yang sederhana, yakni apa saja yang
lemah atau yang luka atau duri, harus kita pikul di dalam kehidupan
kita. Hal itu karena setiap duri adalah lambang kehadiran yang kuat akan
kehadiran dinamis dari Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar